Penyedia
jasaPLIK di DIY dan Jateng, PT. SIMS (Sarana Insan Muda Selaras)
mengakui bahwa memang per Februari 2016, kontrak dengan pemerintah
akan habis.
Hal
tersebut disampaikan oleh Eka Indarto, Direktur Pengembangan Layanan
PT SIMS."PLIK itu rencananya kurang lebih kalau dari kami
kontraknya sampai Februrari 2016 dan kami tetap menjalankannya itu,"
jelasnya ketika ditemui di kantornya pekan kemarin.Lebih lanjut, ia
menjelaskan bahwa sebenarnya secara layanan progarm PLIK ini sudah
distop oleh pemerintah pada awal tahun 2015.Tepatnya pada
Februari Maret 2015, yang dilakukan dengan cara menyetop
bandwidth yang dibutuhkan untuk internet di setiap PLIK, otomatis
jika bandwidth distop maka internet tidak akan bisa jalan.
Meski
begitu, PT SIMS tetap memberikan Bandwith kepada masing masing
PLIK yang ada. Dan menurut Eka, itu akan diberikan hingga kontrak
habis.
Salah
satu alasannya adalah karena permintaan dari masyarakat. Bahkan
kecepatan internet juga dinaikan.
"Sebenarnya
sempat distop bandwithnya di awal tahun, tetapi saya dapat komplain
dari warga, ada 400 surat, pak itu sudah dipakai sudah jadi sesuatu
kok mau dimatikan," ujar Eka menjelaskan.
Terkait
dengan kondisi PLIK yang merupakan hal yang baru, menurutnya program
ini ada yang berjalan dan ada yang tidak berjalan di lapangan.
Namun,
karena sudah terlanjur berjalan maka PT SIMS tetap menyelesaikan dan
berharap hasil yang ada bisa menjadi referensi untuk kedepannya.
Untuk
saat ini di DIY dan Jateng total ada 650 PLIK, khusus untuk DIY ada
114 PLIK.
"Dari
evaluasi kita mendapatkan satu data kemarin, kita melakukan survey,
dari survey itu kita sampling 300 (PLIK) yang tidak berminat
melanjutkan cuma 30," jelasnya.
Dimana
sama seperti yang disebutkan di tulisan terpisah di liputan khusus
ini, ada alasan jika dihitung secara margin pendapatan PLIK tidak
menghasilkan keuntungan, namun akan sangat disayangkan jika
dihentikan begitu saja karena di beberapa tempat sudah menjadi
kebutuhan masyarakat.
Adapula
yang sudah sangat membantu ekonomi masyarakat dan menjadi pusat
kegiatan belajar masyarakat.
"Sebenarnya
sempat distop bandwithnya di awal tahun, tetapi saya dapat komplain
dari warga, ada 400 surat, pak itu sudah dipakai sudah jadi sesuatu
kok mau dimatikan," ujar Eka menjelaskan.
Terkait
dengan kondisi PLIK yang merupakan hal yang baru, menurutnya program
ini ada yang berjalan dan ada yang tidak berjalan di lapangan.
Namun,
karena sudah terlanjur berjalan maka PT SIMS tetap menyelesaikan dan
berharap hasil yang ada bisa menjadi referensi untuk kedepannya.
Untuk
saat ini di DIY dan Jateng total ada 650 PLIK, khusus untuk DIY ada
114 PLIK.
"Dari
evaluasi kita mendapatkan satu data kemarin, kita melakukan survey,
dari survey itu kita sampling 300 (PLIK) yang tidak berminat
melanjutkan cuma 30," jelasnya.
Dimana
sama seperti yang disebutkan di tulisan terpisah di liputan khusus
ini, ada alasan jika dihitung secara margin pendapatan PLIK tidak
menghasilkan keuntungan, namun akan sangat disayangkan jika
dihentikan begitu saja karena di beberapa tempat sudah menjadi
kebutuhan masyarakat.
Adapula
yang sudah sangat membantu ekonomi masyarakat dan menjadi pusat
kegiatan belajar masyarakat.
Dua
anak tampak piawai memainkan komputer di ruangan yang tidak cukup
luas dan berisi deretan PC dan monitor yang tertata cukup rapi. Satu
di antaranya memakai headphone dan berinternet ria, sedangkan yang
satunya asik menyaksikan serial animasi dari Malaysia yang cukup
terkenal.
Di
luar ruangan terdapat beberapa pemuda yang sedang sibuk dengan
laptopnya sembari menghisap rokok. Saat itu, jam menunjukan pukul
12.00 lebih sedikit.
Itulah
gambaran suasana Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) Nanggulan 2,
Kulonprogo saat Tribun Jogja mendatanginya pekan kemarin.
Dari
dalam ruangan kemudian muncul Sutrisno Hadi, pengelola PLIK Nanggulan
2 yang ada di jalan Pengasih Nanggulan, Bayuroto, Nanggulan,
Kulonprogo ini. Menurutnya, warga yang memanfaatkan PLIK ini terus
menyusut.
"Alhamdulillah masih
bisa mencukupi untuk biaya listrik, masih bisa jalan. Di awal awal
beroperasi memang lumayan besar, namun sekarang penurunan traffic,"
ujarnya kepada Tribun Jogja menggambarkan mengenai kondisi PLIK yang
ia kelola secara perorangan ini.
Surtrisno
juga bercerita tentang perjalanan PLIK yang ia kelola sejak 2010 ini.
Ada pergeseran pengunjung yang datang ke tempatnya, dahulu orang
berbondong bondong memanfaatkan program yang dicetus pada masa
pemerintahan SBY ini.
Namun,
seiring perkembangan zaman dan teknologi informasi, semakin menyusut
warga sekitar yang datang.
Menyebut
PLIK Nanggulan 2 bukanlah PLIK yang biasa. PLIK percontohan dengan
segudang prestasi ini diresmikan oleh mantan Menpora di masa SBY, Roy
Suryo.
Bahkan
terakhir, PLIK Nanggulan 2 menjadi rujukan dari negara negara
Asia untuk dikunjungi.
Sasaran
awal dari PLIK ini adalah kelompok tani dan pelajar dan orientasinya
adalah non profit. "Orientasi awal memang non profit, kalau dari
segi bisnis (saat ini) tidak jalan. Kalau untuk layanan walau turun
(pengunjung) tetap kita pertahankan," jelasnya.
Meski
terus menurun, namun keberadaan hotspot yang merupakan inisiatif dan
pengembangan dari PLIK menjadi penyelamat keberlangsungan PLIK yang
ia kelola.
"Di
ruangan jumlah pengunjung turun, namun di luar yang pakai wifi
ramai," ucapnya.
Untuk
diketahui, biaya akses untuk internet di dalam ruangan yang
menggunakan personal komputer adalah Rp2.000 per jam. Sedangkan untuk
wifi adalah beragam paket yang ditawarkan.
UNICEF Indonesia manfaatkan fasilitas ruang edukadi PLIK Nanggulan 2 untuk uci coba modul perlindungann anak
UNICEF Indonesia manfaatkan fasilitas ruang edukadi PLIK Nanggulan 2 untuk uci coba modul perlindungann anak
Menyebut
PLIK Nanggulan 2 bukanlah PLIK yang biasa. PLIK percontohan dengan
segudang prestasi ini diresmikan oleh mantan Menpora di masa SBY, Roy
Suryo.
Bahkan
terakhir, PLIK Nanggulan 2 menjadi rujukan dari negara negara
Asia untuk dikunjungi.
Sasaran
awal dari PLIK ini adalah kelompok tani dan pelajar dan orientasinya
adalah non profit. "Orientasi awal memang non profit, kalau dari
segi bisnis (saat ini) tidak jalan. Kalau untuk layanan walau turun
(pengunjung) tetap kita pertahankan," jelasnya.
Meski
terus menurun, namun keberadaan hotspot yang merupakan inisiatif dan
pengembangan dari PLIK menjadi penyelamat keberlangsungan PLIK yang
ia kelola.
"Di
ruangan jumlah pengunjung turun, namun di luar yang pakai wifi
ramai," ucapnya.
Untuk
diketahui, biaya akses untuk internet di dalam ruangan yang
menggunakan personal komputer adalah Rp2.000 per jam. Sedangkan untuk
wifi adalah beragam paket yang ditawarkan.
Sumber: TribunJogja.com