PENERAPAN
STRATEGI KOMUNIKASI PADA “PLIK NANGGULAN 2”
THE
IMPLEMENTATION OF COMMUNICATION STRATEGY
IN
"PLIK NANGGULAN 2"
Emmy
Poentarie
Peneliti
Komunikasi dan Media Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi
dan
Informatika Yogyakarta Jln. Imogiri Barat Km. 5, Telp/Faks.
0274-375253 Yogyakarta.
(Naskah
diterima melalui email tanggal 16 September, dikoreksi mitra bestari
4 Oktober 2013, direvisi
November 2013,disetujui terbit Desember 2013)
JURNAL
S TUDI KOMUNIKAS I DAN MEDIA
Vol.
17 No. 2 (Juli - Desember 2013) Hal : 163 - 172
jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/120/111
jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/120/111
ABSTRACT
This
research was motivated by the existence of the phenomenon of few
villagers who used the
internet
facility in the target villages USO program. This research focused on
the problem: of what
communication
strategies was in the implementation of the USO program "PLIK
Nanggulan 2" in
Kulonprogo
Regency, Yogyakarta Special Region. The method used in this research
was a case study.
This
research showed that strategy implemented by PLIK “Nanggulan 2”
in the implementation of
USO
program related to communication goal determination; audience
segmentation; arrangement
and
method of message delivering; media selection; and communicator’s
role. In the term of
communication
goal determination, PLIK Nanggulan 2 divided their goal into four, to
inform; to build
awareness;
to persuade and to educate society; and to try to facilitate local
community participation.
Regarding
audience segmentation, main target was students (active supporter).
Second priority was
farmer/peasant
and breeder in the productive age. Arrangement and method of message
delivering
referred
to both side issue, delivering not only positive issue but also
negative ones. Pertaining
Method
of message delivering, PLIK Nanggulan 2 conducted method of
canalizing, that is by
involving
local volunteers and village official.
Keywords
: Communication Strategy; USO; PLIK.
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena masih sedikitnya masyarakat
desa yang
memanfaatkan
fasilitas internet yang telah tersedia di desa sasaran program USO.
Permasalahannya
difokuskan
pada Bagaimana strategi komunikasi dalam implementasi program USO
pada “PLIK
Nanggulan
2” di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode yang
dipergunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan
Strategi yang
diterapkan
PLIK “Nanggulan 2” dalam pengimplementasian program USO berkaitan
dengan persoalan
penentuan
tujuan komunikasi; segmentasi khalayak; penyusunan dan metode
penyampaian pesan;
pemilihan
media; dan peranan komunikator. Berkaitan dengan penentuan tujuan
komunikasi, PLIK
Nanggulan
2 menetapkan tujuan mereka ke dalam empat formasi, yaitu
menginformasikan;
menumbuhkan
kesadaran; mengajak dan mendidik masyarakat; dan berupaya memelihara
partisipasi
masyarakat
setempat secara berkelanjutan. Mengenai segmentasi khalayak, sasaran
utamanya para
pelajar
( pendukung aktif). Prioritas keduanya para petani dan peternak yang
masih berusia produktif
dan
belum familiar terhadap akses internet. Menyangkut penyusunan dan
metode penyampaian pesan,
terkait
dengan penyusunan, dilakukan dengan mengacu pada sifat both side
issue di mana tidak hanya
hal-hal
positif saja yang disampaikan, tetapi hal-hal yang sifatnya negatif
juga disampaikan. Sementara
terkait
dengan metode penyampaian pesan, PLIK Nanggulan 2 melakukannya dengan
menerapkan
metode
canalizing dengan cara menerjunkan para relawan lokal dan perangkat
desa seperti para Dukuh.
Kata
kunci: Strategi komunikasi; USO; PLIK.
PENDAHULUAN
ndonesia
merupakan salah satu negara yang ikut menyepakati Deklarasi WSIS
(World Summit on
the
Information Society) Jeneva 2003 Tunis 2005. Dalam kesepakatan
tersebut, pembangunan
informasi
dan komunikasi diarahkan untuk mencapai suatu tatanan global yang
disebut sebagai
masyarakat
informasi. Inti kesepakatan WSIS adalah menekankan peranan penting
teknologi informasi
dan
komunikasi sebagai salah satu pilar menuju masyarakat
informasi.
Target WSIS itu menjadi mandat bagi setiap negara yang
ambil bagian dalam program
tersebut,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, untuk merealisasikan kesepakatan
tersebut serta upaya
untuk
mengurangi digital devide di tanah air, sekaligus sebagai upaya untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat perdesaan, pemerintah, melalui Kementerian Kominfo telah
menyanangkan
program
Universal Service Obligation (USO) atau Kewajiban Pelayanan Universal
dengan
menyediakan
sarana telekomunikasi di daerah. Pencanangan program tersebut
dituangkan dalam
Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 32/PER/M.KOMINFO/11/2008
tentang
Kewajiban
Pelayanan Universal (KPU) Telekomunikasi atau Universal Service
Obligation (USO).
Beberapa
program untuk mengatasi kesenjangan TIK yang dikembangkan oleh
Kementerian
Komunikasi
dan Informatika antara lain: Pertama, Desa Punya Internet (Desa
Pinter). Kedua, Pusat
Layanan
Internet Kecamatan (PLIK). Ketiga, Mobile PLIK (MPLIK). Oleh
karenanya, program USO
tersebut
diharapkan menjadi salah satu terobosan untuk menghilangkan
kesenjangan informasi dan
kesenjangan
tingkat kesejahteraan antara masyarakat di wilayah perkotaan dengan
masyarakat
perdesaan.
Namun
demikian implementasi program USO menghadapi realita yang cukup
memprihatinkan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh BPPKI tahun 2010 terhadap Desa Pinter
serta yang dilakukan
oleh
lembaga lain menunjukkan, implementasi program Desa Pinter masih jauh
dari harapan. Masih
sedikit
masyarakat desa yang memanfaatkan fasilitas internet yang telah
tersedia di desa sasaran
program
USO. Kondisi semacam ini disebabkan antara lain kurangnya
sosialisasi, tidak adanya
koordinasi,
serta masalah yang terkait dengan SDM pengelola dan masyarakat.
Keberhasilan
program USO tidak saja ditentukan oleh terbangunnya infrastruktur
sistem
telekomunikasi,
tetapi juga dipengaruhi oleh fasilitas yang telah tersedia
dimanfaatkan oleh
masyarakat
di seputar sasaran USO. Hal ini menjadikan perlu adanya upaya
mendorong masyarakat
desa
memanfaatkan segala fasilitas sarana informasi dan komunikasi yang
telah tersedia. Untuk itu
diperlukan
suatu strategi komunikasi agar program USO berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Hal
ini
menjadi penting karena melalui strategi komunikasi yang tepat,
diharapkan akan mendorong
masyarakat
memanfaatkan internet untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.
Pusat
Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan salah satu program USO,
berdasarkan
pada
Peraturan Menteri Kominfo No. 48/PER/M.KOMINFO/11/2009 dan Peraturan
Menteri Kominfo
No.
19/PER/M.KOMINFO/12/2010. Penyediaan layanan akses internet di
wilayah kecamatan
bertujuan
dalam rangka menuju masyarakat cerdas dan informatif. Salah satu
Pusat Layanan Internet
Kecamatan
(PLIK) yang dinilai berhasil adalah “PLIK Nanggulan 2” di desa
Banyuroto Kecamatan
Nanggulan
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator
keberhasilan PLIK
tersebut
adalah pada tanggal 5 Desember 2011 memperoleh penghargaan berupa
penganugerahan USO
Award
2011 dari Kementerian Kominfo, sebagai salah satu PLIK terbaik di
Indonesia. Atas dasar
tersebut
di atas, maka hal ini menarik untuk diteliti, karena terobosan yang
dilakukan oleh “PLIK
Nanggulan2”
dalam upaya mendorong masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas USO,
jarang
dilakukan
di tempat lain.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka perumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah
bagaimana
strategi komunikasi dalam implementasi program USO pada “PLIK
Nanggulan 2” di
Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi dalam
implementasi
program
USO pada “PLIK Nanggulan 2” di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan yang
berguna
bagi penyempurnaan pelaksanaan program USO Kementerian Komunikasi dan
Informatika di
daerah,
terutama berkaitan dengan pengembangan PLIK.
Penelitian
sejenis terkait dengan Pusat Layanan TIK/telesenter pernah dilakukan
Gnaniah et.al
(2004)
dalam upaya mensyukseskan program telecenter yang dicanangkan
pemerintah Malaysia.
Penelitian
yang dilakukan di Long Bedian Malaysia dengan sampel 186 responden
yang dilakukan
secara
random. Hasilnya menunjukkan bahwa saluran komunikasi yang efektif
bagi masyarakat Long
Bedian
adalah melalui komunikasi langsung tatap-muka (89,8%) dan pertemuan
atau forum komunitas
(84,5%).
Forum komunitas ini mempunyai konstribusi yang signifikan terhadap
keberhasilan program
telecenter.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
penelitian terdahulu
menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode survei, pada penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus.
Adapun
konsep teoretik strategi komunikasi dijabarkan sebagai berikut.
Hallahan et al. (2007,
7)
mendefinisikan strategi komunikasi sebagai "penggunaan tujuan
komunikasi oleh organisasi untuk
memenuhi
misinya". Menurut Hawamdeh (2004,15) ada tiga komponen penting
dalam strategi
komunikasi:
(1) stakeholder (pemangku kepentingan); (2) pesan perubahan; dan (3)
saluran untuk
menyampaikan
pesan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa strategi
komunikasi pada
hakikatnya
adalah suatu perencanaan komunikasi dalam rangka mencapai suatu
tujuan yang telah
ditetapkan,
melalui pola tindakan nyata yang diimplementasikan.
Strategi
komunikasi menurut Pace (2006) memiliki tiga tujuan utama, yaitu: (a)
Menciptakan
pemahaman;
(b) Membina penerimaan; dan (c) Memotivasikan kegiatan. Ada 4 (empat
faktor) yang
perlu
diperhatikan dalam strategi komunikasi meliputi: (a) Menentukan
tujuan komunikasi, (b)
Menganalisis
audience, (c) Mendiaknosis situasi manajemen, (d) Menentukan
komunikator. Keempat
faktor
tersebut berhubungan terhadap faktor desain strategi yang terdiri
atas pengemasan pesan dan
pemilihan
media. Arifin (1984,70) menyebutkan bahwa dalam merumuskan strategi
komunikasi
terdapat
5 (lima) faktor yang harus diperhatikan, yakini: (1) Mengenal
khalayak; (2) Menyusun pesan;
(3)
Menetapkan metode; (4) Penggunaan media; dan (5) Peranan
komunikator.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, tergolong dalam bentuk studi
kasus.
Menurut
Robert K. Yin (2003,18) studi kasus sebagai suatu penelitian empiris
yang menyelidiki
fenomena
dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena
dengan konteks
tidak
tampak dengan tegas dan di mana multi sumber bukti digunakan. Metode
ini dianggap oleh
peneliti
tepat untuk mengkaji permasalahan karena permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini
merupakan
suatu fenomena yang unik. Terobosan yang dilakukan oleh pengelola
PLIK Nanggulan 2,
merupakan
suatu langkah yang langka, karena jarang dilakukan oleh pengelola
PLIK lainnya.
Teknik
yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelit ian ini meliputi:
(a) Wawancara
mendalam
(in-depth interview) dengan pengelola PLIK dan pihak-pihak yang
terkait dengan penelitian
ini
seperti Kepala Desa Banyuroto, Dukuh Angin-Angin, Dukuh Brangkal
serta warga masyarakat
pengguna
PLIK. (b) Dokumentasi dan kepustakaan. (c) Observasi langsung
terhadap obyek, yakni
“PLIK
Nanggulan 2”, terutama yang berkaitan dengan mekanisme
penyelenggaraan pelayanan akses
internet.
Data
penelitian ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif, berdasarkan
model Miles and
Hubermann
(Sugiyono 2007, 246) yakni (a) Pengumpulan data/informasi melalui
wawancara
mendalam
dengan informan maupun observasi langsung terhadap “PLIK Nanggulan
2”; (b) Reduksi
data,
yakni merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting; (c)
Penampilan
data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif; dan (d)
Penarikan kesimpulan.
PEMBAHASAN
A.
PLIK Nanggulan 2
“PLIK
Nanggulan 2” merupakan salah satu Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK)
beralamat
di Jalan Wates-Sribit, KM 7 Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan
Kabupaten
Kulonprogo,
Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta. PLIK tersebut mempunyai website
yang
beralamat
di http://www.pliknanggulan2.blogspot.com. PLIK ini dikelola oleh
salah seorang
warga
Desa Banyuroto bernama Sutrisno Hadi. “PLIK Nanggulan 2”
diresmikan secara maya oleh
Menteri
Kominfo Tifatul Sembiring dari Prambanan melalui teleconference pada
26 Maret 2011.
Sedangkan
peresmian dan edukasi publik PLIK dilakukan pada tanggal 13 Agustus
2011 oleh Roy
Suryo.
Jumlah staf pengelola “PLIK Nanggulan 2” sebanyak 3 (tiga) orang
yang meliputi: staf
penuh
waktu 1 orang, staf paruh waktu 2 orang. Dengan kualifikasi keahlian
bidang ICT 1 (satu)
orang
yakni pemilik PLIK tersebut. “PLIK Nanggulan 2” pada tanggal 5
Desember 2011
memperoleh
penghargaan berupa penganugerahan USO Award 2011, sebagai PLIK
terbaik di
Indonesia.
“PLIK
Nanggulan 2” mendapatkan bantuan peralatan standar yang meliputi: 1
(satu) server,
5 (lima)
komputer beserta internet connections, 1 (satu) kamera digital, 1
(satu) printer, 1 (satu)
scanner,
2 (dua) papan pengumuman, 1(satu) tower dan radio link, 1 (satu) UPS,
dan 1 (satu) kipas
angin.
Peralatan tadi masih dilengkapi dengan software pendukung, box
terminal hubungan &
instalasi
serta box panel listrik. Sebagaimana PLIK lainnya, di “PLIK
Nanggulan 2” memiliki
kecepatan
akses yang sampai saat ini berkisar antara 256 Kbps hingga 512 Kbps
untuk download
dan 128
Kbps untuk upload. Sebagaimana ketentuan yang ada bahwa masyarakat
yang ingin
menggunakan
fasilitas internet di PLIK ini dikenai biaya Rp 2.000 per jam.
Di
samping layanan akses internet, “PLIK Nanggulan 2” juga
menyediakan layanan lain
berupa:
word processing, jasa pengetikan, cetak, penjualan pulsa, serta
pembayaran listrik. “PLIK
Nanggulan
2” juga menyediakan layanan hotspot, bagi masyarakat yang ingin
menggunakan
layanan
ini disediakan voucher dengan harga mulai Rp 10.000. Adapun layanan
yang sering
dipergunakan
oleh pengunjung adalah akses internet serta cetak (printout).
B.
Strategi Komunikasi Dalam Implementasi Program USO
Untuk
menganalisis kasus ini menggunakan konsep teoritik strategi
komunikasi, di mana
strategi
komunikasi dibutuhkan dalam implementasi program USO di daerah.
Strategi komunikasi
dalam
kasus ini meliputi proses perencanaan komunikasi, pelaksanaan program
dan
pengevaluasian.
Secara umum langkah-langkah perencanaan dalam komunikasi meliputi
penetapan
tujuan, segmentasi khalayak, penyusunan pesan, penetapan metode
penyampaian pesan,
pemilihan
media serta peran komunikator. Temuan penelitian ini sebagai
berikut:
Menentukan
Tujuan Komunikasi
Proses
komunikasi dimulai ketika tujuan untuk berkomunikasi tersebut telah
ditentukan.
Prinsip
dari tujuan berkomunikasi adalah untuk menginformasikan atau
mendapatkan informasi,
mempengaruhi
sikap dan mempengaruhi tindakan yang dilakukan secara persuasif.
Terkait dengan
program
USO, bahwa pembangunan sarana Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK)
di
perdesaan
pada dasarnya adalah upaya untuk mengatasi kesenjangan digital dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat di perdesaan. Dengan demikian pembangunan PLIK menuntut
setiap
pihak
dalam masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi baik dalam
pemberian masukan,
pelaksanaan
dan pemanfaatan hasil yang akan diperoleh. Untuk itu komunikasi antar
pihak-pihak
yang
terlibat di dalamnya sangat diperlukan.
Komunikasi
ini tidak hanya menyampaikan pesan-pesan atau memasyarakatkan
program
PLIK
tetapi juga menumbuhkan partisipasi semua pihak sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya
masing-masing
untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses implementasi program
PLIK di
Desa
Banyuroto, Kecamatan Nanggulan. Penuturan pengelola PLIK Nanggulan 2
sebagai berikut:
“...semua
kegiatan yang berhubungan dengan PLIK kami koordinasikan dengan
pemerintah
Desa
seperti kepala Desa, dukuh, maupun para relawan. Mereka membantu kami
dalam
sosialisasi
maupun pelatihan yang kami selenggarakan...”. (Sutrisno Hadi,
5-7-2012).
Penuturan
di atas menunjukkan bahwa PLIK Nanggulan 2 tergolong kategori PLIK
yang
mandiri.
Namun, dalam implementasinya, para pengelola tetap melibatkan
pemerintah desa
maupun
komponen masyarakat desa setempat. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Kepada
Desa
Banyuroto sebagai berikut:
“ya
saya selaku kepala desa di sini sejak awal dilibatkan, ya seperti
waktu peresmian PLIK di
rumahnya
mas Sutrisno oleh pak Menteri Tifatul melalui internet apa itu
namanya..ya...ya
teleconference.
Waktu peresmian edukasi PLIK oleh siapa itu ya..ya Roy Suryo saya
juga
diundang....”
(Suroso, 7-7-2012).
Tujuan
komunikasi secara umum adalah untuk mencapai sejumlah perubahan
seperti,
perubahan
pengetahuan (knowledge change), perubahan sikap (attitude change),
perubahan
perilaku
(behaviour change) dan perubahan masyarakat (social change).
Berdasarkan hasil temuan
menunjukkan
bahwa pengelola “PLIK Nanggulan 2” telah menentukan tujuan
komunikasi yang
meliputi
: (1) Menginformasikan kepada khalayak tentang program USO berupa
PLIK. Tujuannya
antara
lain untuk untuk memudahkan masyarakat melakukan akses internet. (2)
Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat khususnya tentang pentingnya keberadaan PLIK bagi
perbaikan kehidupan
masyarakat
desa setempat. (3) Mengajak dan mendidik masyarakat menggunakan
fasilitas PLIK
untuk
dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan infornasi yang diperlukan. (4)
Berupaya
memelihara
partisipasi masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Segmentasi
Khalayak
Kata
khalayak sangat akrab sebagai istilah kolektif dari penerima dalam
model urutan
sederhana
dari proses komunikasi (sumber, saluran, pesan, penerima, efek)
(McQuail 2011, 144).
Grunig
(1990, 199) menyebutkan beberapa studi yang menunjukkan bahwa program
komunikasi
dapat
berhasil jika kondisi-kondisi spesifik dijumpai. Faktor utama yang
paling dibutuhkan untuk
menciptakan
kondisi tersebut adalah memilih segmen khalayak secara cermat.
Terkait dengan
segmentasi
khalayak, Vogel (Tankard 2005, 233) mengidentifikasi komponen
khalayak menjadi
dua
kelompok 1) pendukung aktif dan mereka yang berpotensi untuk berubah’
2) yang
merupakan
calon yang bagus untuk pesan-pesan yang disampaikan. Strategi
komunikasi yang
berbeda
hendaknya digunakan untuk dua target khalayak tersebut. Pendukung
aktif perlu
menerima
pesan menguatkan sehingga dukungan tidak goyang. Mereka yang
berpotensi untuk
berubah
perlu menerima pesan-pesan persuasif yang didesain dengan hati-hati
dan mereka perlu
penerima
pesan itu lebih sering dari pada pendukung aktif.
Pengelola
PLIK Nanggulan 2 menjadikan semua warga masyarakat sebagai khalayak
sasaran.
Dari sekian banyak khalayak yang dihadapi, pengelola PLIK Nanggulan 2
melakukan
segmentasi
khalayak dengan menggunakan pendekatan aspek demografis dan
psikografis. Dari
segi
prioritas, khalayak yang menjadi sasaran utama adalah para pelajar
(pendukung aktif).
Sementara
khalayak yang menjadi prioritas kedua adalah para petani dan peternak
yang masih
berusia
produktif belum familiar terhadap akses internet (berpotensi untuk
berubah). Pada
prinsipnya
komunikasi yang dijalankan dibagi menjadi dua, yakni komunikasi ke
khalayak usia
sekolah
(SD, SMP dan SMA) serta komunikasi ke khalayak usia kerja yang masih
produktif.
Pernyataan
pengelola PLIK Nanggulan 2 merefleksikan kencenderungan tersebut.
Salah satu
pengelola
PLIK mengatakan sebagai berikut :
“...yang
menjadi prioritas utama untuk pelajar dari SD,SMP,SMA... mereka
sasaran
potensial,
sekarang ini kan banyak pelajar yang menggunakan internet untuk
belajar dan main
game,
sedangkan prioritas kedua adalah petani dan peternak baik yang sudah
mengenal internet
maupun
yang belum...” (Sutrino Hadi, 5-7-2012).
Pengelola
PLIK Nanggulan 2 berupaya memahami kharakteristik khalayak sasaran
dengan
memperhatikan
faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, dan pekerjaan.
Dengan
memahami
kharakteristik khalayak sasaran, kesulitan terkait dengan mengubah
kebiasaan-
kebiasaan
hingga menemukan motivasi dan semangat baru dapat diminimalisir.
Pengelola PLIK
Nanggulan
2 juga melakukan pemetaan terkait dengan kebiasaan khalayak sasaran
terkait dengan
waktu
pelaksanaan. Pemilihan waktu yang tepat sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu
kegiatan
komunikasi. Pada pagi sampai siang hari biasanya khalayak sasaran
seperti para pelajar
melakukan
aktivitas belajar di sekolahnya masing-masing. Demikian juga dengan
para petani
mapun
peternak, mereka melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Karena alasan
tersebut,
kegiatan dilakukan pada sore atau malam hari, atau hari libur.
Untuk
jangka pendek pengelola PLIK Nanggulan 2 berusaha meraih masyarakat
yang
sudah
familiar dengan media online (internet) tapi untuk jangka panjang
mereka juga berusaha
menanamkan
awareness bagi pengguna potensial internet. Utamanya untuk segmen
usia muda
yang
belum menggunakan internet agar mengunjungi dan menggunakan fasilitas
yang tersedia di
“PLIK
Nanggulan 2”.
Penyusunan
dan Metode Penyampaian Pesan
Pesan
mempunyai kedudukan sentral yang tidak boleh terabaikan dalam
mencapai
efektivitas
komunikasi. Dalam menentukan tema pesan yang akan disampaikan,
menurut Arifin
(1984,70-71)
ada dua bentuk rumusan tema pesan yang bisa dipakai yakni yang
bersifat one side
issue
dan both side issue. One side issue merupakan rumusan pesan yang
bersifat sepihak, yaitu
pesan
yang berisi hal-hal positif atau hal-hal negatif saja. Pesan hanya
berisi konsepsi komunikator
saja
tanpa mempertimbangkan berbagai pendapat yang berkembang di kalangan
khalayak.
Sebaliknya
both side issue merupakan rumusan pesan yang berisi hal positif dan
negatif sekaligus.
Dalam
hal ini rumusan pesan berisi konsepsi komunikator maupun konsepsi
yang berkembang
pada
kahalayak
Pihak
pengelola “PLIK Nanggulan 2” dalam menyampaikan pesan bersifat
both side issue
di mana
tidak hanya hal-hal positif saja yang disampaikan, tetapi hal-hal
yang sifatnya negatif juga
disampaikan.
Sebagaimana penuturan pengelola PLIK Nanggulan 2 sebagai berikut:
“......tidak
hanya hal-hal yang baik dari manfaat internet saja yang kita jelaskan
tapi juga hal-
hal
negatif dari internet bila tidak dipergunakan secara benar akan
menimbulkan keburukan
bagi
penggunanya....kesadaran berinternet dengan sehat memang perlu
ditumbuhkan sejak
dini
terutama untuk anak-anak usia sekolah...”(Sutrisno Hadi,
5-7-2012).
Internet
selain memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan dan
kemajuan
manusia,
juga memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Tidak seluruh
content di internet
bermanfaat
bagi pengguna, ada beberapa content yang menjurus pada pornografi,
permainan yang
cenderung
mengundang kekerasan, perjudian dan penipuan. Hal tersebut berpotensi
memberikan
pengaruh
negatif bagi anak usia sekolah. Untuk itulah pengelola “PLIK
Nanggulan 2” senantiasa
menyampaikan
pesan konten apa saja yang sebaiknya tidak perlu diakses.
Terkait
dengan metode penyampaian pesan Arifin (1984,72-78) membedakan
berdasarkan
dua
aspek: menurut cara pelaksanaannya dan bentuk isinya. Menurut cara
pelaksanaannya meliputi
redundancy
(repetition) dan canalizing. Sedangkan menurut bentuk isinya meliputi
informative,
persuasive,
educative dan cursive. Sementara menurut Cassandra, seperti yang
dikutip oleh Hafied
Cangara
(2004,121-125) ada dua model dalam penyusunan pesan yaitu:
“penyusunan pesan yang
bersifat
informatif” dan “penyusunan pesan yang bersifat persuasif”.
Dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran, pengelola “PLIK
Nanggulan 2”
menerapkan
metode canalizing dengan cara menerjunkan para relawan lokal dan
perangkat desa
seperti
para Dukuh. Relawan lokal dan Dukuh dipandang mengenal dan mengetahui
kharakteristik
warga
setempat. Bagi khalayak, sasaran yang sudah familiar terhadap
komputer dan akses internet,
pesan
disampaikan bersifat informatif. Sementara untuk khalayak sasaran
yang belum familiar
terhadap
internet, pesan yang disampaikan bersifat persuasif. Dalam hal ini,
pesan yang disusun
bertujuan
untuk menumbuhkan motivasi khalayak sasaran.
Pemilihan
Media
Dalam
melakukan komunikasi, komunikator senantiasa dihadapkan pada situasi
yang harus
memilih
media yang tepat dalam menyampaikan pesan. Dengan beragam dan
bervariasinya bentuk
pesan
dan informasi yang akan disampaikan, komunikator dituntut untuk
menentukan media yang
tepat
agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik seperti apa yang
diharapkan. Pemilihan
media
dalam strategi komunikasi merupakan pilihan yang ditentukan oleh
komunikator terhadap
media
apa yang dianggap paling cocok dimanfaatkan dalam menyampaikan
pesannya. Menurut
Littlejohn
(2009) setiap media memiliki potensi untuk ritual dan integrasi,
tetapi media
menjalankan
fungsi ini dalam cara yang berbeda. Di samping penyampaian pesan
secara langsung
tatap
muka, “pengelola PLIK Nanggulan 2 “ dalam penyebarluasan
informasi juga menggunakan
media,
baik media luar ruang: seperti papan nama dan spanduk, juga
menggunakan media online
(internet).
Dalam
penyebarlusan informasi keberadaan PLIK di wilayah Desa Banyuroto,
disamping
dilakukan
secara formal langsung tatap muka dalam forum rembuk Desa, pengelola
“PLIK
Nanggulan
2” juga melakukannya secara non-formal dengan menerjunkan para
relawan ke
khalayak
sasaran. Penyebarluasan informasi keberadaan PLIK Nanggulan 2 di Desa
Banyuroto
lebih
banyak dilakukan secara gethok tular (word of mouth). Dalam
terminologi komunikasi,
gethok
tular atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan bentuk komunikasi
non-media.
Artinya
komunikasi yang terjadi dari mulut ke mulut yang berlangsung dalam
interaksi tatap muka
antara
beberapa pribadi. Dalam hal ini para relawan menyampaikan informasi
keberadaan “PLIK
Nanggulan
2” kepada sanak saudara, tetangga maupun teman-temannya. Salah
seorang pelajar
SLTA
pengguna PLIK Nanggulan 2 memberi pengakuan sebagai berikut:
“mengetahui
adanya internet di sini dari teman yang duluan datang ke sini
...katanya
mbayarnya
agak murah dibanding dengan yang lain....ya saya sering datang ke
sini paling
tidak
seminggu 2 kali , dulu itu aksesnya cepat, tapi sekarang kok lelet
tho....” (Hartono, 10-7-
2012)
Penuturan
di atas menunjukkan proses sebaran informasi tentang keberadaan PLIK
secara
langsung
tatap muka dari mulut ke mulut dari seseorang kepada kenalannya.
Kotler (2007, 638)
menyatakan
bahwa terdapat dua manfaat yang diperoleh pada komunikasi dari mulut
ke mulut,
yaitu:
(1) Komunikasi dari mulut ke mulut bersifat lebih meyakinkan.
Kata-kata yang keluar dari
mulut
merupakan satu-satunya promosi yang berasal dari konsumen dan untuk
konsumen. (2)
Komunikasi
dari mulut ke mulut tidak memperlukan biaya yang mahal.
Selain
komunikasi secara face to face dengan khalayak, pengelola “PLIK
Nanggulan 2”
juga
memanfaatkan dan mengombinasikan beberapa keunggulan yang dimiliki
media luar ruang
seperti
papan nama dan spanduk, serta media online (medium internet). Santoso
(2009) membagi
beberapa
keunggulan media luar ruang meliputi : (1). Menjangkau sasaran, media
luar ruang yang
dipasang
di tempat-tempat umum di tepi jalan pasti akan terlihat khalayak. (2)
Frekuensi lebih
tinggi,
pesan pada media luar ruang bekerja sesuai prinsip dalam periklanan.
Karena media luar
ruang
dapat mengekspos pesan iklan terus menerus kepada khalayak. (3)
Penunjuk arah, ditempat
tertentu
media luar ruang dapat digunakan sebagai menunjuk arah ke suatu
tempat yang diiklankan.
(4)
Pasangan ideal, media luar ruang dapat memperkuat kampanye periklanan
jika digabungkan
dengan
iklan-iklan di media lain.
Lokasi
penempatan media luar ruang sangat mempengaruhi keberhasilan
penyampaian
pesan,
untuk itu pemilihan tempat yang strategis dan pandangan khalayak yang
tidak terhalang
merupakan
pilihan utama. Pengelola “PLIK Nanggulan 2” penempatan papan nama
secara
permanen
ditempatkan di tepi jalan ke arah lokasi PLIK. Penempatan papan nama
di tempat
strategis
tersebut membuat khalayak sasaran yang lalu lalang di sepanjang jalan
tersebut terekspos
untuk
memandang. Hal tersebut diakui oleh salah seorang pengguna PLIK
sebagai berikut:
“...saya
mengetahui dari papan nama yang dipasang, lha setiap hari saya
melewati jalan ini,...
melihat
papan nama pusat layanan internet kecamatan 500 m, ada lagi papan
nama PLIK
Nanggulan
2, lha saya jadi tahu disini ada akses internet namanya PLIK...”
(Darsono, 9-7-
2012 ).
Letak
yang strategis dan desain yang menarik membuat papan nama PLIK mudah
dikenali
masyarakat.
Dalam hal ini papan nama yang dipasang di tepi jalan, menjadi
penunjuk arah dalam
menyampaikan
pesan keberadaan “PLIK Nanggulan 2” kepada masyarakat, serta
untuk menarik
minat
khalayak sasaran untuk penggunakan internet di PLIK tersebut.
Sementara pemasangan
spanduk
di depan lokasi PLIK lebih dimaksudkan untuk memperkuat pesan tentang
keberadaan
PLIK di
wilayah tersebut.
Penyebarluasakan
informasi tentang keberadaan “PLIK Nanggulan 2”, juga
menggunakan
media
online
(internet),
dengan
membangun
blog
yang
beralamat
di
http://www.pliknanggulan2.blogspot.com. Dalam blog tersebut memuat
berbagai infor masi
yang
berkaitan dengan “PLIK Nanggulan 2”, seperti: alamat, profil,
layanan, kalender kegiatan,
foto-foto
kegiatan dan lain sebagainya. Penggunaan media online ( medium
internet) dalam hal ini
blog
“PLIK Nanggulan 2” diposisikan sebagai media untuk membangun
citra sebagai salah satu
PLIK
terbaik yang mendapatkan penghargaan berupa USO Award 2011.
Peranan
Komunikator
Dalam
proses komunikasi, komunikator memegang peran penting terhadap
keberhasilan
komunikasi.
Ada faktor penting dari komunikator ketika menyampaikan pesan kepada
khalayak
sasaran,
yakni terkait daya tarik sumber (source attractiveness) dan
kredibilitas sumber (source
credibility).
Agar pesan benar-benar dapat diterima oleh khalayak sasaran,
komunikator harus
memiliki
kredibilitas. Kredibilitas di sini mengandung 2 (dua) unsur, yaitu:
pertama adalah
keahlian
atau expertise. Artinya, komunikator harus memiliki keahlian atau
kecakapan yang
diakui
oleh khalayak sasaran. Unsur kedua adalah dapat dipercaya atau
trustworthiness. Sumber
penyampai
pesan harus dapat membangun kepercayaan pada khalayak sasaran.
Untuk
membangun kredibilitas di mata khalayak sasaran, pengelola “PLIK
Nanggulan 2”
langsung
terjun sendiri bertindak sebagai komunikator. Yang bersangkutan
mempunyai modal
latar
belakang pendidikan IT, dan juga menjadi salah satu tenaga
outsourcing di Telkom wilayah
Yogyakarta.
Di samping itu untuk membangun kredibilitas, pengelola “PLIK
Nanggulan 2” juga
menggandeng
relawan sebagai komunikator seperti guru maupun anak muda setempat
yang
mempunyai
kecakapan dalam bidang IT. Sebagai komunikator yang mempunyai modal
kemampuan
maupun kecakapan dalam bidang IT, pengelola “PLIK Nanggulan 2”
mampu
membangun
kepercayaan khalayak sasaran. Berikut penuturan pengelola “PLIK
Nanggulan 2”:
“dalam
sosialisasi maupun waktu pelaksanaan pelatihan kami mengajak relawan
seperti
beberapa
guru juga anak muda yang mengusai komputer maupun internet,..
masyarakat percaya
kok
dengan mereka...”.(Sutrisno Hadi,5-7-2012 )
Dari
penuturan pengelola “PLIK Nanggulan 2” tersebut dapat dikatakan
bahwa perekrutan
para
relawan sebagai komunikator yang mempunyai kecakapan di bidang TIK
menjadi source
credibility.
Tankard
(2005, 49) menyatakan bahwa seorang agen perubahan sering
menggunakan
pembantu,
seringkali direkrut dari populasi lokal, yang biasanya lebih homofili
dengan orang-
orang
yang sedang mereka jangkau. Dalam konteks ini perekrutan tenaga lokal
oleh pengelola
“PLIK
Nanggulan 2” sebagai komunikator dengan pertimbangan disamping
dalam rangka
pemberdayaan
terhadap tenaga lokal, sebagai penduduk lokal para relawan yang
direkrut sebagai
komunikator
dipandang mampu menyesuaikan diri terhadap karakteristik masyarakat,
maupun
terhadap
norma-norma serta nilai-nilai sosial yang dipercaya oleh khalayak
setempat. Dengan
demikian
dapat dikatakan bahwa perekrutan tenaga lokal yang mempunyai
kemampuan di bidang
IT
merupakan trustworthiness. Artinya, sumber penyampai pesan merupakan
komunikator yang
senantiasa
memperhatikan serta menyesuaikan dengan norma-norma maupun tatanan
sosial dalam
membangun
kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat.
Di
samping mengandeng relawan, pengelola “PLIK Nanggulan 2” juga
melibatkan
perangkat
desa, dalam hal ini para Dukuh yang didaulat menjadi komunikator
dalam
penyebarlusan
informasi yang berkaitan dengan PLIK kepada khalayak sasaran.
Realitas tersebut
diakui
oleh dukuh Angin-Angin:
“...jelek-jelek
begini di pedukuhan ini saya dituakan, omongan saya masih dipercaya
warga ,
jadi
dukuh harus pinter-pinter (pandai-pandai) ngemong warga, ...ya saya
biasa diminta
bantuan
untuk berbicara dengan warga ....saya dengan mas Tris sering
berhubungan....”
(Sudiyono,
6-7-2012)
Di
daerah perdesaan biasanya Dukuh merupakan seseorang yang berpengaruh
dan
ditokohkan
oleh lingkungan setempat. Penokohan tersebut karena pengaruh posisi,
kedudukan,
kemampuan
dan kepiawaiannya dalam berbicara. Tindakan dan ucapannya cenderung
akan diikuti
oleh
masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa
karisma dan status sosial
komunikator
(perangkat desa/ para dukuh) dalam penyebarluasan informasi terkait
dengan PLIK
di
lingkungan wilayah tersebut menjadi source attractivenness di mata
target khalayak.
Evaluasi
Setelah
melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap kelompok khalayak
sasaran,
pengelola
“PLIK Nanggulan 2” melakukan evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan komunikasi.
Dalam
hal ini pengelola “PLIK Nanggulan 2” menerapkan evaluasi pada
level sikap dan perilaku
khalayak.
Pada tingkatan sikap, mengavaluasi bagaimana pengetahuan dan kesukaan
khalayak
terhadap
akses internet. Sedangkan pada tingkat perilaku, mengevaluasi apakah
sosialisasi dan
pelatihan
yang telah dilaksanakan mempengaruhi masyarakat setempat untuk
mengakses internet
di “PLIK
Nanggulan 2”.
Evaluasi
pada level sikap dilakukan selama kegiatan sosialisasi dan pelatihan
berlangsung
dan
ketika semua kegiatan sosialisasi dan pelatihan selesai (kombinasi
dari concurent control dan
past
action control). Evaluasi concurrent dilakukan dengan cara berdiskusi
selama rangkaian
kegiatan
sosialisasi dan pelatihan berlangsung. Adapun yang menjadi bahan
diskusi adalah
berkaitan
dengan tingkat penyerapan khalayak terhadap informasi maupun materi
yang diberikan.
Sedangkan
pengevaluasi umpan balik atau past action control dilakukan setelah
semua kegiatan
sosialisasi
dan pelatihan berakhir.
Menurut
pengelola “PLIK Nanggulan 2”, kelompok khalayak sasaran nampak
antusias
selama
mengikuti sosialisasi dan pelatihan akses internet, sebagaimana
dikatakan pengelola “PLIK
Nanggulan
2” sebagai berikut :
“ waktu
kami melakukan sosialisasi dan pelatihan ya kalau dilihat dari
wajahnya nampak kok
kalau
para peserta bersemangat, pas waktu pelatihan kalau belum jelas belum
mengerti tidak
sungkan
sungkan langsung bertanya, mas iki piye carane sing di klik nggon
endi... “(Sutrisno
Hadi,
5-7-2012).
Penuturan
di atas menunjukkan sikap kelompok khalayak sasaran ketika mengikuti
sosialisasi
dan pelatihan akses internet. Dari bahasa tubuh maupun tutur kata
kelompok khalayak
sasaran
menunjukkan
bahwa dengan
adanya
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
mengindikasikan
adanya ketertarikan dan keingintahuan, kesadaran dan kepercayaan
khalayak.
Kondisi
yang sudah terbangun ini pada gilirannya dapat menumbuhkan kesukaan,
dukungan serta
komitmen
khalayak untuk bertindak.
Untuk
mengevaluasi tingkat perilaku khalayak, pengelola “PLIK Nanggulan
2” melakukan
pengamatan
terhadap khalayak selama kegiatan sosialisasi dan pelatihan
dilaksanakan. Serta
berdasarkan
dari tingkat kunjungan khalayak dengan menggunakan data daftar
kunjungan
khalayak
sasaran yang memanfaatkan fasilitas PLIK sebagai acuan. Pengelola
“PLIK Nangulan 2”
secara
berkala setiap bulan melakukan evaluasi terhadap kunjungan khalayak
yang
mempergunakan
fasilitas PLIK. Menurut pengelola “PLIK Nanggulan 2”, kelompok
khalayak
sasaran
usia sekolah rata-rata aktif melakukan kunjungan untuk menggunakan
berbagai fasilitas
yang
tersedia di PLIK. Seperti akses internet, cetak dokumen, jasa
pengetikan dan lain sebagainya.
Sementara
kelompok khalayak sasaran seperti petani dan peternak cenderung
kurang aktif
menggunakan fasilitas PLIK. Berikut penuturan pengelola
“PLIK Nanggulan 2” :
“..
yang paling sering menggunakan internet di sini para pelajar, setiap
hari sekitar 10 sampai
15
orang...ya termasuk yang ikut pelatihan pada sering datang ke sini
paling tidak seminggu 2
kali
....wah kalau kelompok tani yang ikut pelatihan pada jarang mengakses
internet, hanya
beberapa
orang saja yang kadang-kadang mengunakannya..” (Sutrisno Hadi,
5-7-2012).
Berdasarkan
hasil evalusi pengelola “PLIK Nanggulan 2” terhadap perilaku
khalayak
terhadap
akses internet di PLIK tersebut ditemukan bahwa jumlah kunjungan
khalayak melebihi
kapasitas
perangkat internet yang tersedia (terdapat 5 unit perangkat komputer
yang terkoneksi
dengan
jaringan internet). Akibatnya sering terjadi antrian pengunjung yang
akan mengakses
internet.
Kondisi ini mengundang ketidak nyamanan bagi pengunjung, karena harus
antri
menunggu
giliran. Menyikapi kondisi tersebut, pengelola “PLIK Nanggulan 2”
mencari solusi dan
berinisiatif
menambah 2 (dua) unit perangkat komputer beserta jaringan internet.
PENUTUP
Strategi
komunikasi dalam implementasi program USO yang dilakukan oleh “PLIK
Nanggulan
2” meliputi proses perencanaan komunikasi, pelaksanaan program dan
evaluasi.
Perencanaan
komunikasi meliputi penentuan tujuan komunikasi, melakukan segmentasi
khalayak,
penyusunan
dan penyampa ian pesan, pemilihan media dan peranan komunikator.
Program
dilaksanakan
melalui 2 (dua) cara yakni melakukan sosialisasi dan pelatihan.
Sosialisasi tentang PLIK
dilaksanakan
melalui forum rembuk desa dan secara gethok tular (word of mouth)
serta melakukan
pelatihan
terhadap khalayak yang belum familiar terhadap internet. Sosialisasi
juga dilakukan melalui
media,
yakini media luar ruang dan media online. Papan nama yang dipasang
menjadi penunjuk arah
dalam
menyampaikan pesan keberadaan PLIK. Pemasangan spanduk lebih
dimaksudkan untuk
memperkuat
pesan tentang keberadaan PLIK. Penggunaan internet dalam hal ini blog
“PLIK
Nanggulan
2” diposisikan sebagai media untuk membangun citra. Dalam tahap
evalusi dilakukan
dengan
mengacu terhadap kunjungan khalayak yang mempergunakan fasilitas
PLIK. Hal itu dilakukan
melalui
pengamatan terhadap khalayak selama kegiatan sosialisasi dan
pelatihan, serta tingkat
kunjungan
khalayak yang memanfaatkan “PLIK Nanggulan 2”.
Rekomendasi
Melalui
strategi komunikasi yang dilakukan, pengelola “PLIK Nanggulan 2”
dapat
mengoptimalkan
program USO (PLIK) sesuai dengan harapan. Salah satu indikatornya
adalah
penghargaan
USO Award 2011 dari Kementerian Kominfo sebagai PLIK terbaik di
Indonesia.
Keberhasilan
tersebut hanya merupakan salah satu kasus penerapan strategi
komunikasi atas inisiatif
pribadi
pengelola PLIK bersangkutan. Untuk optimalisasi program USO sudah
saatnya Kementerian
Kominfo
memformulasikan kebijakan terkait dengan strategi komunikasi program
USO untuk menjadi
acuan
bagi pengelola PLIK secara nasional.
Daftar
Pustaka
Arifin,
Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung:
Armico.
Cangara,
Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers.
Littlejohn,
Stephen W., Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Alih bahasa:
Mohammad
Yusuf
Hamdan, Jakarta: Salemba Humanika.
McQuail.
2011. McQuails Mass Communication Theory. Alih bahasa: Putri Iva
Izzati. Jakarta :
Salemba
Humanika.
Tankard,
Jr., Severin, Werner J, James W. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di
Dalam
Media Massa, Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yin, R.
K. 2003. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Pace, R.
Wayne, Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi. Alih bahasa: Deddy
Mulyana.
Bandung:
Rosdakarya.
Kotler,
Philip., and Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran, edisi
ke-12. Alih bahasa:
Benyamin
Molan. Jakarta: PT. Indeks.
Santoso,
Sigit. 2009. Creative Advertising. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Hallahan,
K., Holtzhausen, D., van Ruler, B., Veri, D., & Sriramesh, K..
Defining Strategic
Communication.
International Journal of Strategic Communication, 1, (2007): 3-35.
sumber :
http://epress.lib.uts.edu.au/journals/index.php/pcr/article/viewFile/1868/1915,
Diakses
4
November 2012.
Hawamdeh,
et.al. Formulating A Communication Strategi For Effective Knowledge
Sharing. Journal
of
Information Science. 2004: 12-30. sumber.
http://jis.sagepub.com/content/30/1/12, diakses 1 November 2012
Gnaniah
et.al,. Communication Patterns of the Long Bedian Community:
Implications for the
Development
of
a
Telecentre.
Sumber
http://www.unimas.my/ebario/eBarioOrig/output/057.pdf Diakses 21
Desember 2012
No comments:
Post a Comment