Pementasan
Tari Oglek
Oglek
merupakan salah satu kesenian rakyat tradisional dengan jenis tarian
berkelompok yang biasa dipentaskan di tempat terbuka dengan durasi
kurang-lebih 1 sampai 2 jam. Pentas Oglek diiringi dengan seperangkat
alat musik berupa 3 terbang sesar, 1 terbang kecil, 2 bende, 1
kendang, 1 gong, dengan sistem nada slendro. Biasanya dalam pentas
Oglek ini ada penari yang "in trance", dalam bahasa jawa
"kesurupan". Beberapa grup Oglek yang ada antara lain
berada di desa Tuksono, kecamatan Sentolo, desa Tanjungharjo,
kecamatan Nanggulan, dan di desa Krembangan, kecamatan Panjatan.
Tarian Bertemakan Cerita Panji
Tari Incling merupakan tarian rakyat tradisional Kulon Progo yang bertemakan cerita yang diambil dari cerita Panji. Kesenian incling ini dibawakan secara berkelompok dengan jumlah penari 15 atau 17 orang.Pertunjukan ini biasanya diadakan di tempat terbuka dengan durasi 3 sampai 4 jam. Meskipun penarinya laki-laki semua, tetapi ada peran wanita yang diperankan oleh laki-laki yang disebut "cepet wadon". Selain itu, yang juga menarik dan disukai penonton adalah peran tokoh pentul, bejer, serta kethek atau kera. Beberapa grup Incling yang ada antara lain berada di desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, desa Sindutan, kecamatan Temon, dan di desa Tanjungharjo, kecamatan Nanggulan.
Tari
Jathilan Dengan Penari yang Dinamis
Jathilan
merupakan kesenian rakyat tradisional berbentuk tarian kelompok dan
dibawakan oleh penari berjumlah 14 orang laki-laki. Penari yang
berperan sebagai wanita disebut wewe. Jathilan yang merupakan tari
kelompok yang terdiri dari 2 barongan, 1 penthul, 1 bejer, 1 wewe,
dan 1 gendruwo serta 6 orang prajurit. Pertunjukan Jathilan ini
diselenggarakan di tempat terbuka yang cukup luas karena gerakan dari
penari yang sangat dinamis. Salah satu yang menarik dari tarian ini
adalah adanya penari yang " kesurupan". Saat ini kesenian
Jathilan ini masih hidup dan berkembang dengan baik di semua
kecamatan yang ada di Kulon Progo.
Tari
Lengger, Tari Erotic dari Kulon Progo
Tari
Lengger menjadi tari khas Kabupaten Kulon Progo, DIY yang sering
dianggap sebagai Tari Lengger Tapeng.
Kesenian
Tari Lengger tidak lebih dari bentuk kesenian tari erotic (Tayub).
Akan tetapi banyak pendapat lain yang menyatakan bahwa Tari Lengger
atau Tayub pada awalnya merupakan bentuk kesenian yang dipersembahkan
untuk upacara sakral.
Tari
Lengger dianggap bisa mendatangkan kekuatan-kekuatan magis yang pada
gilirannya mendatangkan rasa ayem tentrem masyarakat dan juga bagi
kasuburan tanah. Tidak mengherankan jika kemudian muncul berbagai
kepercayaan dengan adanya Tari Lengger ini. Hal yang sering dipercaya
misalnya jika ada Tari Lengger sedang melakukan pertunjukan, maka
jika di tempat pertunjukan ada anak kecil yang rewel atau sakit anak
kecil tersebut diciumkan ke pipi penari lengger. Dengan demikian
mereka percaya bahwa kekuatan magis yang ada pada diri Lengger akan
mempercepat kesembuhan si anak. Banyak juga yang memberikan bayi atau
anak-anaknya agar dipangku atau ditimang-timang penari Lengger dengan
harapan si bayi tidak diganggu oleh kekuatan (ruh) jahat.
Jenis
kesenian ini sudah ada sejak zaman kuno. Penataan secara organisasi
yang rapi dan mapan terhadap Lengger Tapeng ini mulai dilakukan pada
tahun 1915-an. Untuk saat ini, anggota Tari Lengger Tapeng ada
sekitar 50-an orang. Jumlah sekian itu terdiri atas penari Lengger
dan pengrawitnya.
Jika
melihat Lengger Tapeng dengan segala macam pakaian yang dikenakan
penari prianya (badhut) dapat diduga bahwa cerita atau pesan yang
hendak disampaikan adalah cerita Panji Asmara Bangun-Dewi Sekartaji.
Akan tetapi jika menyimak syair-syair yang ditembangkan terlihat
jelas bahwa kesenian ini ditujukan pula untuk syiar agama (Islam)
yang pada umumnya syair-syair yang ditembangkan berisi puji-pujian
untuk Nabi Muhammad dan nasihat-nasihat untuk berbuat kebaikan. Hal
ini kemudian menumbuhkan dugaan bahwa Tari Lengger Tapeng pada
awalnya digunakan oleh para wali (Sunan Kalijaga) untuk mengumpulkan
banyak orang yang kemudian diberi pelajaran agama Islam.
Ada
pula dugaan yang menyatakan bahwa jenis kesenian Lengger atau Tayub
telah ada jauh sebelum zaman para wali. Mungkin pada awalnya kesenian
ini merupakan kesenian dalam bentuk yang masih sangat sederhana, akan
tetapi hakikatnya adalah untuk mendatangkan kekuatan magis, khususnya
dalam kultur pemujaan terhadap kesuburan ataupun sebagai sarana bagi
usaha-usaha tolak bala.
Sumber
: www.kulonprogokab.go.id
No comments:
Post a Comment